Lanjutan Lokakarya SDGs di Tana Tidung Fokus pada Penurunan Stunting

Lanjutan Lokakarya SDGs di Tana Tidung Fokus pada Penurunan Stunting

Tana Tidung, Kamis (26/06/2025) — Pemerintah Kabupaten Tana Tidung melanjutkan rangkaian kegiatan Lokakarya Perencanaan Bersama Implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) tahun 2025 dengan fokus utama pada penurunan prevalensi stunting. Kegiatan ini merupakan bagian dari joint planning implementasi SDGs yang mengedepankan kolaborasi multi pihak di wilayah Kabupaten Tana Tidung.

Lokakarya yang berlangsung pada hari Kamis ini dihadiri oleh berbagai pihak penting, antara lain GIZ (Kerja Sama Indonesia-Jerman), Perkumpulan Lingkar Hutan Lestari Bulungan, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terlibat dalam percepatan penurunan stunting, serta pihak swasta dari PT. MIP.

Dalam kegiatan ini, peserta bersama-sama mengidentifikasi enam penyebab utama stunting di Kabupaten Tana Tidung, yaitu:

  1. Layanan kesehatan ibu dan anak yang belum optimal;
  2. Akses terhadap air bersih yang belum merata;
  3. Tidak terpenuhinya asupan gizi bagi ibu hamil dan menyusui;
  4. Anak-anak belum mendapatkan standar gizi yang sesuai;
  5. Kurangnya pemberian ASI eksklusif;
  6. Lingkungan yang belum bersih dan sehat.

Keenam faktor tersebut kemudian dirumuskan dan diselaraskan ke dalam indikator-indikator SDGs, sehingga setiap intervensi yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk menurunkan angka stunting, tetapi juga mendongkrak capaian pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan.

Melalui forum ini, para pemangku kepentingan menegaskan pentingnya kerja kolaboratif lintas sektor antara pemerintah, dunia usaha, lembaga masyarakat, media, dan kalangan akademisi. Pendekatan kolaboratif ini diharapkan menjadi strategi efektif dalam mencegah dan menanggulangi stunting, demi mendukung terwujudnya Tana Tidung Emas 2045—sebuah visi pembangunan jangka panjang daerah yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan.

Lokakarya ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan SDGs bukan sekadar slogan, melainkan kerangka kerja nyata yang dapat diterjemahkan hingga ke level paling lokal dan menyasar isu-isu prioritas seperti stunting.